Oleh: Sofia Abdullah
Kemanakah Hijrahnya Nabi Sys?
Dalam naskah-naskah kuno yang kita miliki baik dalam bahasa Sunda maupun Jawa kuno, seperti Babad Tanah Jawi, Manikmaya, dan lain sebagainya, sering kali ditemukan kisah tentang Nabi Sys putra nabi Adam yang hidup di tanah Jawa dan berketurunan di Jawa. Jawa pada masa itu sekitar 12.000 tahun yang lalu, memiliki struktur geologis yang tentunya berbeda dengan yang dimaksud Jawa saat ini. Jawa berdasarkan Babad Tanah Jawi dan kisah yang diambil dari naskah-naskah kuno, bukanlah Jawa yang meliputi Jawa Tengah sekarang ini, namun meliputi seluruh Nusantara, dari ujung Sabang sampai Merauke. Pembagian Jawa menjadi Jawa Barat, Tengah, dan Timur baru berlaku pada era kolonial untuk memudahkan sistem administrasi ekonomi dan politik.
Wayang Purwa dan Kaitannya dengan Nabi Adam, Nabi Sys, dan Leluhur Nusantara
Wayang adalah sarana bagi leluhur Nusantara untuk mengisahkan peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa lalu dengan sedemikian rupa agar mudah dipahami oleh masyarakat awam. Seni wayang yang tertua di Nusantara adalah Wayang Purwa. Wayang Purwa mengisahkan leluhur Nusantara sejak masa Nabi Adam as dan keturunannya yang para tokohnya dikisahkan secara detail. Karena leluhur Nusantara beragama tauhid, sosok nabi Adam as telah dikenal masyarakat Nusantara jauh sebelum Rasulullah lahir dengan nama Sang Hyang Adhama. Namun karena kisah ini dituturkan dari generasi ke generasi terdapat perbedaan-perbedaan prinsip antara kisah nabi Adam as versi Islam dengan Sang Hyang Adhama. Kisah nabi Adam juga dituturkan oleh leluhur Nusantara seperti yang terdapat pada salinan kitab Manikmaya, yang mengisahkan leluhur Nusantara sejak era Nabi Adam hingga era Mataram Baru.
Di sinilah tugas para utusan Rasulullah saw dan para wali dengan cara meluruskan kembali kisah para nabi dan ajarannya yang hidup sebelum masa Rasulullah saw melalui media Wayang Purwa, babad, permainan anak dan seni budaya yang lain. Selain melalui seni budaya, para utusan Rasulullah saw yang diutus ke nusantara dan para wali juga mengajarkan ajaran Islam melalui jalur perdagangan, pemerintahan, dan pernikahan.
Salah satu kisah hikmah leluhur nusantara yang diwariskan para wali melalui seni budaya Wayang Purwa adalah Kisah Aki Tirem dan Dewi Sri. Aki Tirem atau Aki Tirem Luhur Mulya dan Dewi Sri adalah leluhur nusantara yang hanya berjarak 10 generasi dari Nabi Adam. Berdasarkan perbandingan silsilah yang kami miliki, Aki Tirem dan Dewi Sri adalah tokoh yang hidup sekitar 10.000-8000 tahun yang lalu atau satu masa dengan Nabi Idris a.s. dan termasuk di antara 80 orang nenek moyang manusia yang selamat pada peristiwa banjir Nabi Nuh a.s. yang mendunia. Aki Tirem memimpin satu negara atau wilayah yang kaya akan kekayaan alamnya, terutama emas dan perak, bernama Salaka Nagara. Dalam buku Geographia karya Claudius Ptolomeus yang ditulis tahun 161 M, Salaka Negara yang berarti Kota Perak dikenal juga sebagai Agryppa yang memiliki arti sama yaitu Kota Perak.
Peradaban Salaka Nagara musnah pada peristiwa banjir besar Nuh a.s. karena penduduknya yang menjadi sombong dan menyekutukan Allah SWT. Aki Tirem Luhur Mulya beserta keluarganya yang beriman selamat, dan membangun peradaban yang baru di Nusantara. Aki Tirem memiliki cucu bernama Dewi Sri. Dewi Sri pada kisah legenda masyarakat Jawa dikenal sebagai Dewi padi dan Dewi kesuburan gelar ini dikenal masyarakat karena Dewi Sri sebagai nenek moyang Nusantara memiliki andil yang sangat besar dalam mengenalkan ilmu bercocok tanam padi di wilayah Jawa sejak ribuan tahun yang lalu. Dikisahkan bahwa ribuan tahun yang lalu, ketika wilayah Sunda purba atau disebut juga dengan Jawa purba mengalami bencana kekeringan, Dewi Sri dan kakaknya berguru dan mencari pertolongan ke wilayah lain. Pada masa inilah Dewi Sri mempelajari ilmu bertani yang kemudian beliau ajarkan pada penduduk nusantara kuno.
Dewi Sri adalah leluhur Nusantara pertama yang mengajarkan ilmu pertanian kepada masyarakat nusantara kuno yang pada saat itu baru mengenal mata pencaharian berburu dan meramu makanan. Karena jasanya inilah Dewi Sri lebih dikenal sebagai Dewi Padi atau Dewi Kesuburan. Dewi Sri dan suaminya kemudian menggantikan kedudukan kakeknya Aki Tirem menjadi pemimpin dan sekaligus leluhur Nusantara. Kisah Aki Tirem, Dewi Sri, suaminya dan kakaknya yang bernama Sadhana tersebar luas diseluruh pelosok Nusantara dengan nama-nama yang berbeda namun memiliki kisah yang serupa. Kisah-kisah para leluhur Nusantara ini dapat tersebar luas dan dipahami berbagai golongan karena kesabaran dan kegigihan para Wali mengajarkan kebenaran melalui media Wayang Purwa.
Kesabaran dan kegigihan para utusan Rasulullah saw dan para wali dalam mengajarkan Islam dapat kita rasakan hingga kini, antara lain, Islam menjadi agama terbesar di Indonesia dan tradisi Islam telah menjadi darah daging bagi sebagian besar Muslim Nusantara. Fenomena ini terjadi karena para wali mengajarkan Islam melalui sisi terlembut manusia yaitu budaya. Budaya sendiri memiliki makna yang dalam, yaitu semua hasil asa dan karya manusia yang ditujukan bagi sang pencipta.
Oleh karena itu, generasi modern (masa kini) perlu melanjutkan metode ini. Pemahaman atas nilai-nilai Islam yang benar, yang diajarkan Rasulullah saw dan Ahlulbaitnya serta para wali penerusnya, perlu dilanjurkan dengan memanfaatkan tradisi Nusantara. Hal ini sangat diperlukan sebagai penangkal asupan luar yang akan melemahkan umat Islam Nusantara dari dalam.
0 Response to "Inilah Jejak Nabi Adam Di Nusantara"
Posting Komentar